Selasa, 07 Mei 2013

Wisata Sejarah Ke Museum Sonobudoyo


“Janganlah melihat masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau sangat berguna sekali untuk menjadi kaca benggala pada masa yang akan datang.”
(Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
            Kata-kata yang dilontarkan presiden pertama kita, Ir. Soekarno–yang aku cantumkan di awal tulisan ini–membuatku memiliki hasrat tinggi pada tempat-tempat wisata yang berbau sejarah. Apalagi, aku adalah seorang mahasiswa sejarah yang selalu dituntut bersentuhan dengan berbagai hal terkait sejarah. Berawal dari hasrat dan latar belakang keilmuanku itulah, aku selalu memilih tempat wisata sejarah untuk kukunjungi. Dan kali ini, pilihanku jatuh pada Museum Sonobudoyo Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo sebenarnya terbagi menjadi dua unit. Unit satu terletak di di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di Ndalem Condrokiranan, Wijilan, tepatnya di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Tapi, kali ini aku hanya mengunjungi Museum Sonobudoyo Unit I


(Narsis dulu nih... hihihi)
Terletak di kawasan jantung kota Yogyakarta, menjadikan akses ke museum ini sangat mudah. Berbagai macam mode transportasi yang bisa digunakan di antaranya ialah, kendaraan pribadi, bus kota, transjogja, taxi, andong, becak dan sepeda. Bahkan saking mudahnya, bagi para wisatawan yang berada di kawasan Malioboro, dapat mencapai museum ini dengan berjalan kaki ke arah selatan. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, ada kabar gembira. Apakah itu?? Tarrraa… untuk parkir tak dipungut biaya. Alias gratis, tis, tis.
Museum sonobudoyo merupakan museum terlengkap kedua setelah Museum Nasional Jakarta dalam bidang seni dan kebudayaan. Museum yang awalnya berada di bawah naungan Java Institut ini memiliki puluhan ribu koleksi artefak bersejarah. Java Institut merupakan sebuah yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Setelah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono Ke VII, pada tanggal 6 November 1935. 
Patut diketahui, museum ini menyimpan kurang lebih 43.000 benda-benda peninggalan yang bernilai sejarah. Koleksi-koleksi tersebut dibagi ke dalam sepuluh jenis koleksi, yaitu:
1.   Koleksi numismatic dan heraldika, terdiri dari koleksi mata uang yang sah, baik logam maupun kertas, dan setiap tanda jasa, lambang serta perangkat resmi (termasuk cap/stempel)
2.     Koleksi filologi, terdiri dari naskah-naskah kuno dan tulisan tangan yang menjelaskan suatu peristiwa.
3.     Koleksi keramologika, terdiri dari berbagai barang yang terbuat dari tanah liat bakar berupa pecah belah, misalnya, guci.
4.   Koleksi seni rupa, terdiri dari koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistik melalui dua tiga dimensi.
5.   Koleksi teknologi, terdiri dari kumpulan benda yang menggambarkan perkembangan teknologi yang menonjol atau hasil produksi yang dibuat secara massal oleh suatu industri atau pabrik, misalnya Gramaphon.
6.      Koleksi Geologi, terdiri dari benda-benda yang menjadi objek ilmu geologi, antara lain, batuan, mineral, fosil, dan benda-benda bentukan alam lainnya.
7.      Koleksi Biologi, terdiri dari benda-benda yang menjadi objek penelitian biologi, di antaranya, tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
8.    Koleksi Arkeologi, terdiri dari benda yang menjadi objek penelitian ilmu arkeologi. Benda-benda tersebut merupakan benda peninggalan manusia dari zaman prasejarah sampai masuknya pengaruh kebudayaan barat.
9.      Koleksi Etnografi, terdiri dari benda-benda hasil budaya yang menggambarkan identitas suatu etnis,.
10.  Koleksi Historika, Terdiri dari atas  benda-benda peninggalan sejarah dari masa masuknya barat sampai dengan sekarang.
Itulah sepuluh jenis koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo. Koleksi-koleksi tersebut dipamerkan di Museum Sonobudoyo Unit I dan Unit II. Di sini, aku hanya akan membahas terkait koleksi-koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo Unit I. Karena apa? Yups, seratus! Karena aku berkunjungnya hanya di Museum Sonobudoyo Unit I. hehe.
Di Museum Sonobodoyo Unit I, dari beribu-ribu koleksi yang dibagi menjadi 10 jenis seperti yang telah kusebutkan tadi, dipamerkan di sembilan ruang. Mau tau apa saja raung tersebut? Jangan berhenti membaca!
Sebelum kujelaskan sembilan ruang utama dari Museum Sonobudoyo unit I, ada baiknya kujelaskan keadaan yang kusaksikan di luar museum. Di luar museum, tepatnya di sebelah selatan pendapa penerima tamu, ada sepasang meriam di sisi barat dan di sisi timur. Kedua koleksi meriam ini berasal dari masa Sri Sultan Hamengku Buwono III.
1.      Meriam di sisi Timur => Pada bagian pangkal dari meriam ini terdapat tulisan huruf Jawa yang berbunyi "Yasa dalem meriyem ing Ngayogyakartahadiningrat ing tahun Alip, sinengkalan Nrus guna Pandita Ratu" (Nrus = 9; Guna = 3, Pandita = 7, Ratu = 1) berarti 1739 Jawa atau tahun 1871 Masehi.
2.     Meriam di sisi Barat  => Meriam ini hampir sama dengan koleksi meriam di sisi timur. Pada bagian pangkal meriam ini, terdapat tulisan huruf Jawa dan berbunyi "Yasa dalem meriyem ing Ngayogyakartahadmingrat ing tahun Junakir, sinengkalan Naga mosik sabdaning Ratu" (Naga = 8; mosik = 6; sabda = 7; Ratu = 1) yang berarti tahun 1768 Jawa atau tahun 1846 Masehi.


(Salah satu meriam koleksi Museum Sonobudoyo Unit 1)
            Selain dua pasang meriam, di bagian luar dari museum ini terdapat berbagai arca dan relief. Arca-arca tersebut di antaranya, arca dewi laksmi, arca mahakala, dan makara.
Setelah puas melihat arca-arca yang terdapat di luar pendapa Museum Sonobudoyo Unit I, aku lalu masuk ke pendapa untuk melihat sembilan ruang utama dari Museum Ini. Masih semangat kan mengikutiku? Harus donk!
Tepat di samping dalam di sisi kiri pendapa, terdapat stand pembelian karcis yang dijaga oleh pegawai dari Museum Sonobudoyo. Oh… ya lupa. Aku belum memberitahukan biaya untuk masuk museum ini. Jangan kaget ya… Museum Sonobudoyo mematok harga yang super murah! Sungguh dah, nggak bakalan nyesel berkunjung ke museum ini. Betapa tidak, untuk bisa melihat ribuan koleksi yang ada di museum ini, bagi wisatawan lokal kategori dewasa hanya dikenai biaya Rp. 3000 per orang, dan untuk anak-anak, hanya dikenai biaya Rp. 2.500. Bagi wisatawan yang datang berombongan, untuk wisatawan lokal dewasa Rp. 2.500 dan untuk anak-anak Rp. 2500. Sedangkan bagi wisatawan asing dikenai biaya Rp. 5000. Biaya yang super murah bukan???
Setelah membeli karcis, aku berniat menuju pintu masuk ruang utama museum Sonobudoyo Unit I. Tapi sebelum masuk ke sana, mataku tertuju pada seperangkat gamelan yang berada di dalam pendapa. Letaknya tepat di depan tempat pembelian karcis. Aku pun berhenti sejenak. Tanpa pikir panjang, aku mendekat untuk melihatnya dari jarak yang lebih dekat.
Seperangkat gamelan tersebut diberi nama Gamelan Slendro-Pelok, Kyai-Nyai Riris Manis Yasan Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Setelah puas melihat gamelan-gamelan tersebut, dan mengambil gambar seperlunya, aku pun melanjutkan perjalananku. Aku lalu menuju pintu utama dari Museum Sonobudoyo Unit I untuk melihat koleksi-koleksi dari museum ini lebih dalam


(Gamelan Slendro-Pelok, Kyai-Nyai Riris Manis Yasan Sri Sultan Hamengku Buwono VI yang menyambut setiap wisatawan yang datang)
Seperti yang telah kujelaskan di awal tadi, bahwa ribuan koleksi benda-benda bersejarah di museum ini dibagi menjadi sepuluh jenis koleksi. Sepuluh jenis koleksi tersebut dipamerkan di sembilan ruang. Ruang-ruang tersebut adalah, ruang pengenalan, ruang prasejarah, ruang klasik dan peninggalan Islam, ruang batik, ruang wayang, ruang topeng, ruang Jawa Tengah, ruang emas dan yang terakhir adalah ruang Bali. Untuk lebih jelasnya ayo ikuti terus perjalananku. Hoho. ^_*
Oh ya… sebelum mengexplore lebih jauh dari setiap ruangan tersebut, ada yang ingin kusampaikan terlebih dulu, apakah itu?? Pihak Museum Sonobudoyo Unit I ini, menyediakan  pemandu bagi para pengunjung yang menginginkan pemandu. Seandainya para wisatawan tidak butuh pemandu, jalan sendiri pun bisa. Tapi aku sarankan untuk menggunakan jasa para pemandu, agar nantinya bisa tahu sekelumit tentang koleksi-koleksi yang ada. Lumayan lah untuk menambah pengetahuan. hehe. Lagi pula, gratis lho.... ^_^.
Baiklah, sekarang saatnya beraksi. Di sini, akan kujelaskan satu persatu dari sembilan ruang yang terdapat di Museum Sonobudoyo Unit I ini.
1.      Ruang Pengenalan
Ruang pengenalan ini berukuran 62,5 m2. Salah satu koleksi yang terdapat di ruang pengenalan ini adalah pasren atau krobongan yang terdiri dari tempat tidur, bantal, guling, kasur, kelambu, sepasang patung loro blonyo, sepasang lampu robyong, dan sepasang lampu jlupak.


(Inilah salah satu koleksi yang bernama Pasren atau Krobongan yang terdapat ada di ruang pengenalan Museum Sonobudoyo Unit I)
2.      Ruang Prasejarah
Ruang ini adalah ruang kedua dari kesembilan ruang Museum Sonobudoyo Unit I. Di ruang ini terdapat berbagai koleksi benda masa prasejarah yang menggambarkan cara hidup di masa itu yang meliputi berburu, mengumpulkan dan rneramu makanan. Salah satu koleksi yang terdapat di ruangan ini adalah replika peti kubur lengkap dengan kerangka tulang manusia.


(Replika peti kubur batu. Salah satu koleksi yang ada di ruang prasejarah)

3.      Ruang Klasik dan Peninggalan Islam
Pada ruangan ini, penyajian koleksi di bagi menjadi tujuh unsur kebudayaan universal. Tujuh kebudayaan Universal tersebut adalah, sistem kemasyarakatan, sistem bahasa, sistem religi, sistem kesenian, sistem ilmu pengetahuan, sistem peralatan hidup, sistem mata pencaharian hidup.
4.      Ruang Batik
Di dalam ruang ini, wisatawan bisa melihat aneka jenis batik dan berbagai peralatan tradisional yang digunakan untuk membuat batik
5.      Ruang Wayang
Di dalam ruangan ini, terdapat koleksi berbagai jenis wayang yang menggambarkan berbagai jenis cerita, mulai dari Ramayana, dongeng kancil, kisah para wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dan masih banyak lagi yang lainnya.
6.      Ruang Topeng
Di dalam ruangan ini, dipamerkan berbagai jenis topeng dari berbagai daerah, di antaranya, topeng dari Yogyakarta cerita panji, topeng Bali cerita Ramayana, topeng Cirebon cerita Mahabharata dan masih banyak lagi yang lainnya.
7.      Ruang Jawa Tengah
Di dalam ruangan ini, dipamerkan berbagai ukiran kayu terkenal dari Jawa tengah, yakni Jepara. Selain itu, juga terdapat keris dan berbagai jenis senjata lainnya.
8     8. Ruang Emas
Di ruangan ini, benda-benda yang dipamerkan hanya yang terbuat dari tembaga, kuningan, perak dan lainnya. Benda-benda yang terbuat dari emas tidak dipamerkan dengan beberapa alasan
9.      Ruang Bali
Di ruang kesembilan atau terakhir ini, wisatawan disuguhi berbagai kebudayaan Bali mengenai yadnya (upacara) maupun bentuk seni lukis atau seni pahat. Di bagian terpisahnya, terdapat candi bentar.
Itulah sembilan ruang dari Museum Sonobudoyo yang menampilkan berbagai jenis koleksi benda bernilai sejarah. Selain ke sembilan ruangan tersebut, Museum Sonobudoyo masih memiliki satu lagi yang patut untuk dikunjungi. Ruangan tersebut adalah ruang perpustakaan yang mengoleksi berbagai literatur Jawa kuno.
Sehabis dari perpustakaan, aku keluar dari Museum Sonobudoyo. Kepuasan pun aku dapatkan, karena bisa melihat dengan dekat peninggalan para nenek moyangku. Yah… sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan. Setelah sampai di luar Museum Sonobudoyo, aku segera mencari bis untuk pulang. Oh ya… bagi para wisatawan, ketika keluar dari museum merasa haus atau lapar, jangan khawatir, di sekitar Museum Sonobudoyo terdapat warung-warung kecil yang menjajakan aneka makanan dan camilan. Namanya juga dekat dengan alun-alun, aku jamin deh, seratus persen tak akan kelaparan jika berkunjung ke Museum Sonobudoyo. Hehe.
Sebelum kuakhiri perjumpaan ini, perlu diketahui bahwa Museum Sonobudoyo memiliki fasilitas penunjang yang dapat digunakan oleh masyarakat atau pun instansi. Fasilitas tersebut di antaranya ialah ruang laboratorium konversi, auditorium dan gedung serba guna. Auditorium dua lantai berkapasitas 75 orang lantai pertama dan 100 orang untuk lantai kedua ini terletak di Museum Sonobudoyo Unit I. Fasilitas di ruangan ini, di antaranya sound system, kursi serta meja seminar. Biasanya, ruangan ini digunakan untuk rapat, pelatihan, dan seminar. Satu lagi, bagi para wisatawan yang ingin melihat pertunjukan wayang dengan durasi singkat, dapat membayar biaya tambahan sebesar Rp. 25.000.
Baiklah, akhirnya selesai juga perjalanan yang aku lakukan. Dengan biaya yang murah meriah, aku bisa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. Sebelum berpisah, izinkan aku mengatakan apa yang pernah di katakan oleh Bung Karno, “Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Oleh karena itu, mari kunjungi museum-museum atau tempat bersejarah lainnya, agar kita tidak menjadi generasi penerus bangsa yang buta akan sejarah! Akhir kata, sampai jumpa.
N/B: Jadwal buka layanan Museum Sonobudoyo
ü  Selasa-Kamis               : 08.00-14.00
ü  Jum’at                         : 08.00-11.00
ü  Sabtu dan Minggu      : 08.00-13.00
ü  Untuk hari Senin dan hari besar keagamaan atau libur nasional, museum tutup.




1 komentar: