Kamis, 02 Mei 2013

Kisah Seorang Teman


            Ehem, ternyata udah lama yah, aku tidak menulis di  rumah kataku tersayang ini. Sampai-sampai ada banyak sarang laba-laba di dinding dan debu memenuhi lantai rumah. Pada kangen nggak? Hoho. Ah, semoga aku menjadi orang yang selalu dirindukan kehadirannya. *ngarep. Ckckck. Eitss, tunggu dulu. Bukankah setiap orang selalu ingin menjadi orang yang dirindukan? Entah di keluarga, di kelas, dan di organisasi? Dan, setiap orang tentunya ingin donk dirindukan oleh kekasih hatinya. Hahay. Malah sampai ke mana-mana. Udah ah, kita tinggalkan saja bahasan tentang rindu dan teman-temannya. Aku percaya kok, kalau q selalu menjadi orang yang dirindukan. *Narsis. Plaak!! T_T
           
      Oh ya… di senja ini aku ingin bercerita. Mau kan berhenti sejenak melakukan aktivitas dan mendengarkan aku bercerita? Harus donk! Aku jamin nyesel deh, kalau nggak mau mendengarkan ceritaku. Hihihi. Please, pasang telinga baik-baik dan dengarkan kisah tentang temanku yang satu ini. Aku mulai ya…. Hehe.
            Aku punya seorang teman kuliah.  Sebut saja namanya ilham. Beberapa waktu lalu, dia sedang gundah gulana, dan gelisah tak terkira. Kalau zaman sekarang, istilahnya galau tingkat dewa. Hoho. Ternyata, setelah ku selidiki, ia galau karena mendengar kabar bahwa penyakit lama ayahnya kambuh lagi. Ah, bagaimana seorang anak tidak galau ketika ayah yang telah memberikan segenap perhatian untuknya sedang tergolek lemas di atas ranjang? Sungguh, aku rasa setiap anak pasti akan merasakan kesedihan seperti yang dirasakan oleh temanku yang satu ini.
            Ilham sudah berusaha menenangkan hatinya. Tapi tetap saja, hatinya terus saja gelisah. Ingin rasanya ia pulang. Tapi sayang sekali, keadaan tak mengizinkan. Ia harus tetap kuliah. Apalagi, kampung halamannya  lumayan jauh dari tempat ia kuliah. Praktis, ia hanya mampu memanjatkan doa kepada Sang Pencipta agar ayahnya diberikan kesembuhan. Meski begitu, kegalauan belum sirna dari hatinya. Kegalauan itu semakin bertambah ketika secara tidak sengaja dirinya menabrak kucing di tengah jalan. Sebagai orang Jawa, ia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Katanya, menurut orang Jawa, kalau menabrak kucing akan mendapatkan kesialan. Itulah yang kemudian membuat ilham semakin bertambah galau saja.
            Di tengah kegalauan yang sedang Ilham rasakan, tanpa terduga, HP kesayangannya menjerit keras. Satu pesan diterima. Ternyata, pesan tersebut dari Si Mbak tersayang. Tak usahlah, aku jelaskan siapa Mbak yang mengirim pesan untuk ilham. Ckckck. Yang jelas, bukan saudara kandungnya. Soalnya, Ia tak punya saudara perempuan. Dua kakaknya, cowok semua. Kwkwkwk. ^_^.
            Mau tau apa yang terjadi setelah Ilham membaca pesan dari Si Mbak tersayangnya? Dengan sekejap saja, kegalauan yang menyelimuti hatinya sirna begitu saja. Bagaikan kemarau bertahun-tahun lamanya yang hilang dihapus oleh hujan sehari saja. Apalagi, kata-kata yang ditulis Si Mbak tersebut, sama dengan kata-kata yang diucapkan oleh mantannya dulu. Saat ia galau setengah mati gara-gara kekasih hatinya dipinang orang. Ah, sungguh hati siapa yang nggak galau bin gelisah bin resah saat pujaan hatinya di ambil orang? Tapi dengan kata-kata sakti yang diucapkan mantannya, kegelisahan yang dirasakannya hilang tak berbekas. Sama dengan  yang dirasakan saat ia membaca pesan dari Mbak tersebut.
            Ilham pun tak pernah habis pikir, mengapa kata-kata yang diucapkan Mbak tersebut sama persis dengan yang dikatakan mantannya dulu? Kebetulan kah? Ah, sungguh ia sama sekali tak tau. Yang jelas, ia bersyukur Tuhan masih sayang padanya. Tuhan masih peduli padanya. Dengan datangnya pesan dari Mbak tersebut yang menghilangkan kegalauannya, sudah cukup menjadi bukti bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan dirinya. Dan semenjak saat itu, saat masalah datang bertubi-tubi menghampiri, ia selalu memegang dadanya. Dan berbisik lembut pada hati kecilnya, jangan khawatir ada Allah, jangan khawatir Allah dan jangan pernah khawatir kan ada Allah. Selalu kata itu yang ia ucapkan, seperti pesan yang dikirimkan Mbak tersayangnya dari kejauhan sana waktu itu. The End. Hehe. ^_^
            Teman-temanku, seperti itulah, sejatinya Tuhan tak pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya. Jika Tuhan mengirimkan ujian berupa musibah atau yang lainnya, ketahuilah, sesungguhnya Tuhan ingin agar kita mendekat pada-Nya. Tuhan ingin agar kita kembali menyebut asma-Nya. Tuhan ingin agar kita kembali bersimpuh memohon pada-Nya. Dan Tuhan ingin agar kita kembali mengingat-Nya. Bukankah Tuhan Maha Pencemburu? Percayalah, Tuhan tak pernah benar-benar ingin membuat kita sengsara. Tuhan hanya ingin membuat kita dekat pada-Nya.
So, tak perlu khawatir, ketika ada masalah datang tanpa henti. Yakinlah, itu semua yang terbaik dari-Nya. Berbahagialah seperti anak-anak kecil yang senang ketika ada ujian akhir kenaikan kelas. Karena sejatinya seperti itulah keadaan yang terjadi pada kita. Dengan ujian yang diberikan Tuhan, kita akan naik satu tingkat lagi. Dengan catatan, kita mampu melewati setiap ujian degan lapang dada. Tanpa mengeluh atau pun menggerutu. Percayalah, Tuhan tidak buta dan tidak tuli. Itu saja. Sampai jumpa. Ingat yah, jangan khawatir, masih ada Allah.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar