Rabu, 19 Desember 2012

Jangan jadikan hatimu sesempit gelas!


Hidup ini tak pernah lepas dari yang namanya masalah. Right?. Dari kita lahir sampai nanti disemayamkan di rumah masa depan alias kuburan, masalah tak henti-hentinya menghampiri diri kita. Seperti yang dikatakan Hadi S. khuli dalam novelnya yang bertitel “Derap-Derap Tasbih”, hidup ini adalah seperti tasbih. Berawal dan berakhir di titik yang sama. Bukan tasbih namanya jika hanya satu dimensi. Bukan kehidupan jika belum melewati serangkaian untaian butiran suka, duka, derita, bahagia, gembira, gagal, sukses, pasang, dan surut. So, untuk apa bersedih, berputus asa, dan menyerah apalagi sampai bunuh diri jika kita punya masalah?

Selasa, 18 Desember 2012

Tak Ada yang Abadi


Sobat…! hidup selalu berputar dan  berubah, seperti yang dikatakan Aril cs dalam lagunya, tak ada yang abadi. Seperti bumi yang terus berputar, begitulah hidup ini. Kadang ada di atas, kadang pula jatuh ke bawah. Kadang bahagia, kadang juga berduka. Semua berganti dengan teratur. Tak ada yang tetap dan tak ada yang tidak berubah.  Seperti yang dikatakan salah satu filsuf Yunani kuno, Heraklitos, “yang abadi adalah perubahan”.
Yah... yang abadi adalah perubahan Sobat, maka, kita harus bersiap diri untuk selalu menghadapi perubahan itu. Di mana pun dan kapan pun. Pernahkah kalian berpikir, mengapa banyak orang kaya yang jatuh miskin kemudian gila? Mengapa banyak juga para pemuda kita yang memilih bunuh diri hanya karena putus dari pacarnya? Jawabannya hanya satu Sobat, karena mereka tak pernah siap menghadapi perubahan dalam hidupnya! Mereka terlalu terlena dengan hidup yang telah ia dapatkan. Mereka lupa, bahwa dalam satu detik pun, perubahan bisa terjadi.
Perubahan adalah keniscayaan yang tak terelakkan Sobat. Seperti kematian, ia pasti akan datang. Entah hari ini, lusa atau esok hari, perubahan pasti akan menghampiri hidup kita. Oleh karena itu Sobat, bersiaplah untuk menghadapi perubahan. Kuatkan jiwamu untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Jangan mudah terlena dengan apa yang telah kita dapatkan. Siapkan mental baja untuk menghadapi setiap perubahan yang menimpa dalam hidup ini, karena tak ada yang abadi. Sekali lagi, tak ada yang abadi!

Sabtu, 01 September 2012

Pesan untuk teman-temanku anak sejarah: Ingin jadi sejarawan hebat? Menulislah!!! Bag II.


Ehem… ketemu lagi. Semoga sobat-sobat sudah membaca artikel sebelumnya, yakni ingin jadi sejarawan hebat? Menulislah!!! Bag I.  Syukur-syukur kalau setelah membaca sudah terbesit dalam hati, sudah menata niat untuk segera mempraktikkannya (baca: menulis). Tapi kalau belum pun nggak jadi masalah. Saya nggak maksa kok. Sudah mau baca aja, saya sudah senang sekali. Sebab, itu artinya sobat-sobat semua sudah mempunyai modal utama untuk menjadi seorang penulis, yakni membaca. Jika sudah demikian, saya yakin sebentar lagi akan lahir satu atau dua karya dari sobat semua. Entah itu hanya coretan-coretan kecil atau sebuah cerita yang terinspirasi dari peristiwa sejarah tertentu. Apa pun itu, semoga nantinya akan bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, nusa dan bangsa ini. Terlalu muluk-muluk ya…? He.
Right, untuk semakin menambah semangat sobat-sobat sejarah dalam menulis, akan saya paparkan manfaat-manfaat menulis untuk para sejarawan. Apa ada? Ya pasti ada. Nggak percaya? Baik akan saya tunjukkan! Makanya jangan beranjak dulu. Pasang mata dan telinga baik-baik dan teruslah membaca. Lets go!
Berikut manfaat menulis, khususnya bagi para sejarawan.

Rabu, 29 Agustus 2012

Pesan untuk teman-temanku anak sejarah: Ingin jadi sejarawan hebat? Menulislah!!!

       Pernah dengar nama Kuntowijoyo? Ah… saya yakin semua anak sejarah pasti tahu dan kenal betul dengan sejarawan dan budayawan kondang yang satu ini. Apa yang membuat Kuntowijoyo hari ini masih disebut-disebut namanya? Apa yang menjadikan nama Kuntowijoyo begitu akrab di telinga anak-anak sejarah? Bahkan mungkin bukan hanya anak sejarah saja. Apa karena beliau bergelar sejarawan dan budayawan? Ah… sama sekali tidak. Tahu sendiri kan, hari ini kedua gelar itu masih kalah keren dibandingkan dengan gelar dokter, insinyur, profesor dan lain-lainnya. Lalu apa yang membuat Kuntowijoyo sampai hari ini masih disebut-sebut namanya? Tak lain dan tak bukan semua itu adalah karena karya-karya tulisannya. Ya… karena dia menulis!
Sesederhana itukah?

Sepotong Cerita di Kaki Senja


         Entah mulai darimana aku harus bercerita, aku tak tahu. Bingung. Aku sendiri tak percaya atas apa yang baru saja kualami. Lalu bagaimana kalian akan percaya pada diriku jika aku menceritakannya? Tapi, pena yang tergeletak disampingku menggoda nafsu menulisku. Ia terus saja memaksaku. Sungguh, andai ia bisa bicara mungkin ia akan berkata seperti ini.
         “Ayo Mad, sini sentuh aku. Raih aku. Gunakan aku untuk melampiaskan nafsu menulismu. Jangan kau pendam cerita yang harusnya kau kabarkan pada orang-orang. Ayo, cepat!!! waktumu tak banyak. Apa kau ingin suatu saat  penyesalan datang menghampirimu? Hanya gara-gara kau tak segera meraih dan menggunakanku untuk menceritakannya? Ayo apa yang kamu tunggu!?
         Layaknya orang yang terhipnotis. Aku segera bergerak mengambil pena yang terletak sekitar satu meter disampingku. Dengan cepat aku merangkai huruf demi huruf dan kata demi kata. Kaki Senja menjadi saksiku saat kuceritakan kisah ini.