Selasa, 24 September 2013

Historiografi Yunani Klasik (Herodotus)

"Teruslah mempelajari masa lalu. Jangan pernah berhenti. Kita butuh pengetahuan masa lalu untuk menapaki masa depan!"
(El Khoiry Nur)

         Ah, lama tak jumpa ya. he. Maaf, sekali kawan-kawan, aku masih lumayan kedodoran membagi waktu. ada yang mau minjemin aku kalkulator? biar aku mudah membagi waktuku. *plaaaaak. udah lupakan. Oh, ya, kali ini aku ingin mosting tulisan tentang Historiografi Yunani di zaman klasik. Sebagai anak sejarah, aku ingin berkontribusi aktif ikut memberikan informasi tentang sejarah. Ah, keinginanku terkadang selalu berbenturan dengan kenyatan dan keadaan yang tak mendukung. Aih, malah mulai curcol. Kalau sudah begini nanti, akan terjadi konspirasi kemamkuran yang tidak dikehendaki. *korban vicky. Sudahlah, daripada ngomong ngalur ngidul nggak jelas, monggo disimak, sedikit ulasan tentang Historiografi atau penulisan sejarah di zaman Yunani Klasik


1.  Historiografi Yunani Klasik
Historiografi atau penulisan sejarah sudah berkembang di Eropa sejak berabad-abad lamanya sebelum Masehi, tepatnya di zaman Yunani klasik dan Romawi kuno. Munculnya historiografi di kedua tempat tersebut tidak terlepas dari kemajuan peradaban yang telah dicapai oleh kedua tempat tersebut. Selain itu, budaya menulis yang tinggi di kalangan masyarakatnya juga menjadi faktor munculnya historiografi di kedua  tempat tersebut.
Historiografi di zaman Yunani Klasik ditemukan dalam dua karya sastrawan masyhur Yunani, Homerus (800 SM–701 SM). Dua karya tersebut adalah illiad dan odessy. Dua karya Homerus tersebut berbentuk epos atau syair-syair panjang yang menceritakan tentang riwayat perjuangan seorang pahlawan atau bisa disebut juga dengan wiracarita. Illiad, mengisahkan tentang peperangan antara orang-orang Yunani Kuno dengan orang-orang Troya. Perang itu dipicu oleh Paris, Putera Raja Troya, yang  membawa kabur Helen, Istri Raja Sparta. Sedangkan Odessy menceritakan tentang pengembaraan Odeysseus setelah kerajaan Troya jatuh. Dikisahkan juga bahwa ia kembali ke Yunani untuk membalas dendam terhadap para bangsawan yang merebut tahtanya.
Historiografi atau penulisan sejarah di era Yunani klasik masih berputar-putar dalam ranah mitos-mitos dan legenda-legenda yang berkembang di masa itu. Dengan ditandai masih munculnya peran dewa-dewa di dalam kehidupan manusia. Unsur objektivitas dalam sebuah peristiwa sejarah belum sepenuhnya menjadi prioritas utama. Dan orientasi magicnya lebih dominan dibandingkan dengan orientasi logika yang realistis. Ruang lingkup penulisan sejarah di masa ini juga masih tergolong sempit. Hanya terbatas pada sejarah politik saja.
Dalam mengisahkan sejarah masa lampau, para sejarawan Yunani cenderung hanya berdasarkan cerita atau kisah yang disampaikan turun temurun lewat lisan. Selain itu, mereka juga bersandar pada kisah-kisah yang telah ditulis oleh para pendahulu-pendahulunya yang tentunya juga berasal dari para penulis yang terdahulu. Penulisan sejarah pun, di masa ini masih sangat sederhana, karena belum memiliki kerangka dalam penulisannya. Para sejarawan di masa ini juga belum mendeskripsikan suatu peristiwa dengan detail dan belum disertai dengan analisis terhadap peristiwa tersebut. Dengan kata lain, belum adanya sikap kritis. Selain itu,  penulisannya masih berbentuk syair-syair dan puisi-puisi. Penulisan sejarah berbentuk prosa baru muncul di abad 6 SM. Sejarawan yang pertama kali memunculkannya adalah Herodotus yang di kemudian hari dikenal sebagai bapak sejarah.

2.  Biografi Herodotus
Herodotus atau terkenal dengan sebutan bapak sejarah adalah seorang sejarawan Yunani yang lahir tahun 484 SM di Halicarnassus, barat daya Asia Kecil. Ia merupakan anak seorang aristokratik. Saat itu, Halicarnassus diperintah oleh Ratu Artemesia yang merupakan pengikut Raja Xerxes Persia. Tidak banyak yang tahu tentang masa kecil Herodotus. Riwayat hidupnya baru diketahui setelah ia beranjak dewasa, yakni sejak melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk mendapatkan data-data yang valid tentang peristiwa-peristiwa masa lalu.
Herodotus dikenal sebagai pelopor perubahan bentuk penulisan sejarah yang awalnya berbentuk syair-syair menjadi sebuah prosa. Ia adalah orang Yunani pertama yang menyusun cerita sejarah dengan tujuan memberikan penjelasan hubungan antara fakta.[1]  Selain itu, ia juga berusaha menghilangkan kesan mitos dalam penulisan sejarah. Ia rela melakukan perjalanan jauh melintasi berbagai negara hanya untuk mendapatkan data-data sejarah yang mendekati kebenaran. Ia berhasil melakukan wawancara dengan banyak orang dan juga berhasil mendatangi monumen-monumen bersejarah. Dalam menulis sejarah, ia menggunakan sumber sejarah lisan, testimoni, prasasti-prasasti. Ia juga jarang merujuk kepada para dewa-dewa dan mitos serta legenda-legenda lainnya.
Herodotus memulai perjalanannya setelah  lari dari penguasa baru Halicarnassus. Diceritakan bahwa pasca Ratu Artemesia meninggal, Halicarnassus diperintah oleh cucunya yang bernama Lygdamis. Lygdamis tidak disenangi oleh rakyatnya karena memerintah dengan sewenang-wenang. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Herodotus ingin menggulingkan pemerintahan Lygdamis yang pada akhirnya mengalami kegagalan. Kegagalan inilah yang memaksa Herodotus lari dari tanah kelahirannya dan mencari perlindungan di kota Samos.
Di Samos, Herodotus  tinggal selama delapan tahun sambil mempelajari dialek ionic yang di kemudian hari digunakannya untuk menuliskan sejarah. Setelah Lygdamis digulingkan, ia kembali ke Halicarnassus. Tetapi, penguasa baru tetap tidak menerima kehadirannya. Hal tersebut membuatnya harus angkat kaki dari tanah kelahirannya untuk kedua kalinya. Ia lalu menuju kota Athena yang sedang mencapai puncak peradaban. Selain Athena, tempat-tempat yang pernah dikunjunginya di antaranya adalah Mesir, Babilonia, Susa, Ecbatana, Krimea, Georgia, Tirus, Suriah, Thrace, Kirene, Libya dan seluruh Yunani.

3.  Karya Herodotus
Karya besar Herodotus adalah Historia yang terdiri atas sembilan jilid yang di dalamnya mengisahkan tentang peperangan besar antara bangsa Yunani dan bangsa Persia sekitar tahun 479 SM. Sebenarnya, saat perang tersebut berakhir, ia baru berusia lima tahun. Dengan melakukan teknik wawancara kepada para saksi mata dari kedua belah pihak, ia kemudian menyusun kembali rangkaian terjadinya peristiwa tersebut.[2] Oleh para sejarawan barat, karya tersebut disebut dengan Persian War atau perang Persia. Dalam kalimat pertama karya tersebut, ia menuliskan tema dan rencana dari karyanya, yakni sebagai berikut
”Agar segala tindakan yang dilakukan manusia tidak terlupakan oleh waktu yang terus berjalan, dan perbuatan-perbuatan penting dan menakjupkan yang dilakukan oleh  orang-orang Yunani di satu pihak,  dan oleh orang-orang bar-bar di pihak lain tidak tersembunyikan/terlupakan, disamping itu untuk menjelaskan mengapa mereka saling bertempur.”
Kalimat di awal karya Herodotus tersebut ditujukan kepada peristiwa yang terjadi sekitar abad 6 SM. Peristiwa yang dimaksud adalah konflik/ perang antara Raja Lydia, Croesus di Yunani dengan Raja Persia, Cyrus Agung. Perang tersebut digambarkan sebagai perang antara Timur (Persia)  dengan Barat yaitu Yunani (Eropa). Dalam jilid yang pertama, garis besar dari karya tersebut berisi uraian mengenai perang Persia melawan Yuani yang berakhir degan kematian Raja Persia, Cyrus Agug tahun 529 SM. Kemudian dilanjutkan dengan jilid kedua yang mengisahkan naik tahtanya Cambyses, anak Raja Cyrus Agung yang melakukan ekspedisi perang melawan Mesir.
            Jilid ketiga berisi tentang sejarah dan kebudayaan Mesir. Kemudian jilid keempat mengisahkan tentang ekspansi Persia di bawah pemerintahan Cambyses dan penggantinya Darius Agung ke Skytika (Scythen). Sedangkan jilid kelimanya berisi tentang uraian munculnya polis Peris di Balkan, yang diteruskan dengan sejarah Sparta dan Athena. Di 4 jilid terakhir dari karya ini, Herodotus baru menggambarkan peperangan sesungguhnya antara Persia dan Yunani. Dimulai dari ekspedisi besar Persia melawan Yunani di bawah pemerintahan Darius dan Xerxes dan berakhir dengan kemenangan-kemenangan Yunani di Plataeae dan Mycale tahun 479 SM.
            Herodotus, telah menelurkan sebuah karya besar yang membuatnya didaulat menjadi Bapak Sejarah. Hal tersebut tidak terlepas dari sepak terjangnya dalam upaya menuliskan karya tersebut. Dibandingkan karya-karya para pendahulunya, yang biasanya berbentuk mitos, epos, atau dongeng-dongeng, maka yang dilakukannya dalam menuliskan sebuah peristiwa bisa dianggap sebagai awal atau perintisan penulisan sejarah ilmiah. Hal tersebut bisa diketahui melalui cara atau teknik yang ia gunakan dalam menulis karya-karyanya. Ia menggunakan teknik wawancara atau interview dengan orang-orang yang mengalami atau terlibat dengan perang Persia. Hasil wawancara tersebutlah yang kemudian dijadikan sumber atau bahan dalam menulis karyanya. Itulah ciri utama karyanya yang telah menerapkan metode pengumpulan data melalui wawancara.
            Selain itu, karya Herodotus juga memiliki ciri yang komprehensif atau sejarah kebudayaan. Sebab dalam karya tersebut, ia juga menguraikan mengenai kehidupan masyarakat Yunani, Mesir, Persia dan lain-lain seperti dalam bidang perdagangan, pertukangan, pertanian, tradisi adat istiadat dan lain sebagainya. Karyanya mengenai Perang Parsi juga dianggap sebagai hasil studi Etnografis, karena di dalamnya juga diuraikan mengenai golongan dari etnis-etnis lain yang tinggal di sekitar Yunani.  Oleh karena itulah, selain dianggap sebagai bapak sejarah, ia juga disebut sebagai bapak antropologi (kebudayaan).

4.  Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Herodotus
Kelebihan
Kekurangan
Menggunakan sumber dari kedua belah pihak, baik pihak Yunani maupun Persia, yang terlibat perang.
Tidak akurat dalam melukiskan perang
Netralitas/Objektif
Tidak bisa menghindari sebab-musabab supranatural
Sejarah naratif terbaik pertama
Masih terdapat gaya bahasa lisan (oral dictum)
Penggabungan kronologi, etnologi, geografi dan puisi dalam sebuah karya
Memasukkan segala yang diketahui tanpa seleksi (epos dan mitos).

Bahan Bacaan 
            Gazalba Sidi. 1981. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:  Bhratara Karya Aksara
Wise Bauer , Susan. 2011. Sejarah Dunia Kuno Dari Cerita-Cerita Tertua Sampai Jatuhnya Roma. Jakarta: Gramedia





[1] Sidi Gazalba, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta, Bhratara Karya Aksara, 1981), hlm. 51
[2] Susan Wise Bauer, Sejarah Dunia Kuno Dari Cerita-Cerita Tertua Sampai Jatuhnya Roma (Jakarta, Gramedia, 2011), hlm. 596


Tidak ada komentar:

Posting Komentar