Pernah dengar nama Kuntowijoyo? Ah… saya yakin
semua anak sejarah pasti tahu dan kenal betul dengan sejarawan dan budayawan
kondang yang satu ini. Apa yang membuat Kuntowijoyo hari ini masih
disebut-disebut namanya? Apa yang menjadikan nama Kuntowijoyo begitu akrab di
telinga anak-anak sejarah? Bahkan mungkin bukan hanya anak sejarah saja. Apa
karena beliau bergelar sejarawan dan budayawan? Ah… sama sekali tidak. Tahu
sendiri kan, hari ini kedua gelar itu masih kalah keren dibandingkan dengan
gelar dokter, insinyur, profesor dan lain-lainnya. Lalu apa yang membuat
Kuntowijoyo sampai hari ini masih disebut-sebut namanya? Tak lain dan tak bukan
semua itu adalah karena karya-karya tulisannya. Ya… karena dia menulis!
Sesederhana itukah?
Eits… jangan anggap sederhana. Menulis adalah sebuah pekerjaan mulia. Pekerjaan yang tak semua orang bisa melakukannya. Sebab, menulis membutuhkan ketekunan, kesabaran dan istiqamah. Dan tahu sendiri kan, jarang sekali orang yang bisa memiliki ketiga sifat tersebut. Apalagi sifat yang terakhir, yakni istiqamah. Emmm… sungguh berat. Padahal istiqamah adalah sebaik-baik amalan. Seperti sabda Rasulullah Saw berikut ini; "Sebaik-baik amalan ialah amalan yang senantiasa atau istiqomah dilakukan sekalipun sedikit”. Meski begitu, tak banyak orang yang mampu beristiqamah terhadap sesuatu yang dikerjakannya. Karena hanya sedikit sekali orang yang memiliki sifat istiqamah dan dua sifat lainnya, jadilah tak semua orang mampu untuk menulis. Padahal, ketiga sifat tersebut adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi jika ingin menjadi seorang penulis. Ditambah dengan rajin membaca, membaca, dan membaca.
Eits… jangan anggap sederhana. Menulis adalah sebuah pekerjaan mulia. Pekerjaan yang tak semua orang bisa melakukannya. Sebab, menulis membutuhkan ketekunan, kesabaran dan istiqamah. Dan tahu sendiri kan, jarang sekali orang yang bisa memiliki ketiga sifat tersebut. Apalagi sifat yang terakhir, yakni istiqamah. Emmm… sungguh berat. Padahal istiqamah adalah sebaik-baik amalan. Seperti sabda Rasulullah Saw berikut ini; "Sebaik-baik amalan ialah amalan yang senantiasa atau istiqomah dilakukan sekalipun sedikit”. Meski begitu, tak banyak orang yang mampu beristiqamah terhadap sesuatu yang dikerjakannya. Karena hanya sedikit sekali orang yang memiliki sifat istiqamah dan dua sifat lainnya, jadilah tak semua orang mampu untuk menulis. Padahal, ketiga sifat tersebut adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi jika ingin menjadi seorang penulis. Ditambah dengan rajin membaca, membaca, dan membaca.
Tetapi, masak hanya karena menulis,
kuntowijoyo dikenal hingga hari ini? emm… masih belum terlalu percaya, baiklah
kalau begitu. Pernah dengar kata-kata ini, “Menulislah maka engkau akan
abadi”, atau ini, “menulis adalah pekerjaan untuk keabadian, jika engkau
tak ingin hilang tertelan zaman, maka Menulislah”. Dari kedua kalimat sakti
ini, jelas dapat dimengerti bahwa menulis akan membuat seseorang abadi. Coba
ulangi sekali lagi, menulis akan membuat seseorang abadi. Yups, seratus!
Nggak percaya kalau menulis menyebabkan keabadian? Mau bukti lagi? sudah jelas
to yo… Kuntowijoyo masih dikenang namanya hari ini ya karena menulis, Chairil
anwar, penyair hebat sepanjang masa, namanya hari ini masih harum, ya karena
menulis puisi.
Seorang sejarawan yang hebat bukanlah yang pengetahuannya
hebat, hafalannya kuat, analisisinya tajam, imajinasinya bagus. Tetapi, seorang
sejarawan yang hebat adalah yang mampu menulis dan menghasilkan sebuah karya
tulis. Apa gunanya jika seorang sejarawan memiliki pengetahuan hebat, hafalan
kuat, analisis tajam, dan imajinasinya bagus kalau tidak mampu menuliskannya? Mungkin
pengetahuannya yang dimilikinya hanya akan terkubur bersama jasadnya, hafalannya
akan hilang tertelan usianya, analisisnya akan buyar seiring dengan semakin tua
usianya, dan mungkin imajinasi bagusnya hanya akan menjadi imajinasi kosong
belaka tanpa menjadi kenyataan. So… kesimpulan akhirnya adalah jika kalian
benar-benar ingin menjadi seorang sejarawan hebat, maka Menulislah! Masih
banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang belum ditulis, kalau bukan kalian (para
sejarawan), siapa lagi???
*Dari tempat yang paling indah, di atas
genteng sambil menanti bulan purnama. Salam keajaiban menulis. *_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar