Kamis, 14 Februari 2013

Kado Terindah Tuhan di Valentine Days

A: Maaf, ini benar noenya Pak Nur Rokhim?
B: Iya, ada apa ya pak?
A: Ini, opininya sampean besok akan dimuat di Kedaulatan Rakyat. Boleh minta alamat rumah sampean?
B: Sekarang Pak?
A. Iya, mohon cepat ya Pak. Di tunggu.
B: Iya pak, mksih. Tuts, tuts, tuts....
A: ^#@%$%@#^

13 Februari, 20.20 WIB.

Jantungku masih berdebar nggak karuan sesaat setelah menerima telepon dari seseorang yang mengaku redaktur SKH Kedaulatan rakyat. Ah, sungguh kata-kata tak bisa menggambarkan seperti apa yang aku rasakan tadi malam. Darah mengalir deras, gemetar, jantung berdegup kencang, lari-lari nggak jelas, dan nepokin pundaknya Mas Supriyadi berpikir dg kencangnya. Hahaha. *lebay banget yak. Ckckck. :D  Aku kemudian berpikir, apa begini ya, rasanya seorang penulis pemula yang karyanya nongol di koran terkemuka di kota Yogyakarta? Ah, aku tak tahu. Yang jelas, itu yang aku rasakan!


Tetapi Beberapa menit kemudian, setelah hatiku tenang kembali, tiba-tiba ragu menyergapku hingga meruntuhkan kebahagiaan yang baru saja aku rasakan. Tiba-tiba saja nalar kritisku aktif kembali. Secara otomatis muncul pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi otakku. Benarkah tadi yang menelepon adalah redaktur KR? Bagaimana kalau tidak? Ah, bisa malu setengah mati aku. Secara, aku sudah update status tentang berita menggembirakan itu di akun FBku. Bagaimana juga kalau temen-temen asramaku yang jahil sedang mengerjaiku? Maklum saja, saling mengerjai di antara sesama pejuang kata sudah mafhum terjadi. Ah, sungguh! Aku poles temen-temenku beneran jika  aku dikerjai. *nada mengancam. :P
Praktis, karena keraguanku itu, aku jadi tidak sabar untuk melihat mentari kembali. Jika bisa, q ingin memotong malam dan menggantinya dengan pagi. Aku ingin segera membuktikan berita menggembirakan itu dengan mata kepalaku sendiri. Ah, sungguh! Jadi galau tingkat dewo aku. Hahaha. Di tengah keraguanku yang semakin nggak karuan, tiba-tiba temenku, seorang kolumnis tersohor, Muhammad Yusuf Ar-Rahman, mengirimiku pesan yang intinya mengucapkan selamat dan katanya iri padaku. Bukannya senang mendapatkan ucapan selamat, malahan aku tambah galau dibuatnya. Bagaimana tidak? setelah aku cek statusku, dia gk nge-like or komentar, padahal aku sangkut-sangkut namanya di statusku. Bagaimana dia tau akan berita menggembirakan itu? padahal aku belum sms temen-temenku. Bukan gk mau, tapi memang lagi nggak ada pulsa. Hahaha. Jangan-jangan dia lagi yang mengerjaiku. Tiba-tiba perasaan seperti itu muncul dalam benakku. *maaf Suf, sedikit su’udzon padamu. Abisnya kamu sering banget nipu aku. kwakakak.
Aku sedikit tenang ketika guru nulis+guru kehidupanku menghiburku dengan kata-kata saktinya, “santai aja, itu memang noenya redaktur KR” ujarnya. Ah, aku tak tahu apakah memang benar apa yang beliau katakan atau tidak. Jangan-jangan beliau hanya menghiburku saja. Tapi aku kemudian percaya dengan beliau. Secara, beliau sudah berpengalaman dalam dunia kepenulisan. Nama beliau sudah malang melintang di media massa. So, aku yakin seratus persen dengan perkataan beliau. Sedikit terhibur jadinya. Huftt… :D
Meski begitu, tetap aja mata ini gk mau merem. Bagaimana mau merem, kalau pikiran masih bekerja dengan aktifnya? Untuk menghilangkan kegalauanku, aku nonton bioskop di Trans TV. Untung filmnya bagus, jadinya bisa sedikit membuatku lupa akan masalahku. Hahaha. kalau jelek? Beeeh! bisa tambah mengkuadrat galauku, bukan lagi tingkat dewo tapi tingkat apa ya? Sudah nggak terdefinisikan lagi kayaknya.  Ckkck.
Selesai menonton film, akhirnya yang aku inginkan datang juga. Rasa ngantuk menyerangku! Aku lalu ke kamar mandi, cuci kaki, cuci mulut dan cuci hati. Setelah itu degan segera aku merebahkan tubuhku. Beberapa menit kemudian, jiwa ini sudah melayang menuju alam mimpi dengan kecepatan yang tak terhitung lagi. Bismika Allahumma ahya wa bismika amut. Aamiin.
Pagi harinya.
Setelah bangun dari tidurku, ingin sekali aku pergi ke penjual koran terdekat, tapi lagi-lagi waktu belum memungkinkan. Masih pukul lima pagi pemirsa. So, aku harus nunggu lagi. mungkin setengah jam or satu jam. Sungguh, rasanya menunggu itu tak enak sekali. *pake banget. Kwakak. Jadi ingat syair lagunya Zivilia, “Menunggu, sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku, saat ku harus bersabar dan terus bersabar menantikan kehadiran sang waktu” * Aishiteru mode on. Plaaaaaaak! Malah nyanyi. Hahaha.
Akhirnya setelah setengah jam menunggu, aku lalu meluncur ke penjual koran, yang dulu agenku sewaktu aku masih  jualan koran. Di jalan tak henti-hentinya aku berdoa, semoga saja tulisanku dimuat di KR, bukan hanya kerjaan temen-temen asramaku yang iseng. *Sekali lagi maaf, all may friend. Sudah  Su’udzon. Kwakakak.
Tiba di sana, tanpa ba bi bu, aku lalu mengambil KR yang sudah dipajang di singgasananya. Dengan cepat tanganku menjelajahi “tubuh” si KR, mencari rubrik opini. Mataku terbelalak, ketika kudapati tak ada nama dan tulisanku yang nangkring di sana. Sial! Benar aku dikerjai. Pikirku cepat. lalu kualihkan bola mataku, ke atas, tepatnya di hari dan tanggal koran tersebut lahir. Alamak! Ini koran hari Rabu. Pantas saja nggak ada. Kata Om Redaktur kan hari Kamis, 14 Februari. Tanpa berlama-lama aku lalu mengembalikan koran tersebut di tempatnya semula. Lalu mencari koran terbitan hari ini. Tak butuh waktu lama bagiku untuk menemukannya. *Ya iyalah lha wong dicariin penjualnya. Kwakakak.
Deg, deg, deg… jantungku kembali berdetak nggak karuan. Tanganku gemetaran saat membuka halaman demi halaman si KR. Sekali lagi, mataku terbelalak! Ku dapati nama dan tulisanku yang berjudul “Valentine Days dan Keistimewaan DIY” bertengger dengan indahnya di tubuh si KR. Alamak! mimpi apa aku semalam, hingga tulisanku dimuat di koran beken di kota budaya, Yogyakarta. “Sujud syukur aku sembahkan, ke hadiratmu Tuhan” *Plakk! Malah nyanyi lagi. Hoho.
Yah, akhirnya yang kuharapkan di kabulkan Tuhan hari ini. Benar, kata Ibnu At-Thailah dalam Kitabnya al-Hikam, “Ketika kau menginginkan sesuatu-entah itu rezeki atau jodohmu-maka sekali-kali keinginanmu tidak akan kau dapatkan jika Tuhan belum mengizinkan. Dia yang lebih tau waktu yang tepat kapan kau akan mendapatkan bagianmu. Bukan menurutmu, menurutnya, dan menurut mereka, tapi menurut kehendak Tuhanmu yang Maha Kuasa”. *Hiks, tisu mana tisu. T_T.
Hari ini, di hari kasih sayang, Tuhan memberikan kado terindah-Nya untukku. Bukan bunga mawar atau cokelat yang panjangnya menghampar. Tetapi, telah mengizinkan tulisanku nampang di surat kabar kondang Kota Pelajar. Terima kasih Tuhan. “Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?”
Krapyak, 14 Februari 2014.

2 komentar: