Kamis, 11 April 2013

Untuk Rika Fani, Sahabat Kami


.Kematian adalah suatu keniscayaan
Kita hidup sejatinya hanyalah menunggu giliran
Entah hari ini, besok, lusa atau pun kapan
Kematian pasti akan datang!
Maka bersiaplah, sebelum kematian menerkam!
(El Khoiry Nur)
Assalamu’alaikum…
Hai… Ka. Gimana kabarmu di sana? Semoga kau baik-baik saja yah. Semoga Tuhan memberikan tempat terbaik-Nya untukmu. Dan semoga Tuhan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk menemanimu. Aamiin!.

Oh… ya, sampai sekarang, aku, bahkan mungkin keluargamu dan teman-temanmu masih belum percaya kau sudah tiada. Sungguh! Aku masih belum percaya kalau kau begitu cepat meninggalkan kami. Rasanya baru kemarin kita ketemu di depan ruang dosen, saling tanya kabar. Tapi, sekarang? Ah… takdir Tuhan siapa yang tau?
Kemarin, hari Selasa, aku dan teman-teman yang lain berkunjung ke rumahmu. Kami berdelapan berangkat dengan sepeda motor. Mau tau siapa saja? Aku awali dengan seseorang yang paling merasa kehilanganmu, Faizin, Jumadi, Usman, Ifat, Ahmad, Jakfar, Agus dan aku sendiri. Dengan susah payah kami mencapai rumahmu, Ka. Meski sebelum itu kami harus berhujan-hujanan, kedinginan,  dan nyasar nggak tau ke mana. Ah, mungkin kau tersenyum melihat perjuangan kami untuk sampai ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau ikut menemani kami? aku yakin, Ka, kau pasti hadir dan menyaksikan perjalanan kami yang penuh cerita ini.
Tepat beberapa menit sebelum adzan Magrib menggema, kami akhirnya sampai ke rumahmu juga. Keletihan kami seolah terobati dengan sikap ramah dari keluargamu, ibumu, kedua kakakmu, semua menyambut kami dengan baik. Kau pasti melihat bagaimana mata kami ikut berkaca-kaca saat ibumu meneteskan air matanya saat bercerita tentangmu. Sungguh, saat itu, kami, terutama aku sendiri merasakan aura kehilangan yang luar biasa. Semuanya seolah berduka atas kepergianmu, Ka.
Sekitar dua jam berselang sejak kedatangan kami, rombongan para dosenmu, dosen kita, akhirnya sampai juga ke rumahmu. Sekali lagi, kami merasakan aura kehilangan yang luar biasa saat Pak Maman mengucapkan berbelasungkawa atas kepergianmu. Dan disaksikan oleh buku-buku yang tertata rapi di rumahmu, kami akhirnya pamit undur diri. Sebenarnya kami masih betah di rumahmu, Ka, apalagi kami belum melihat rumah barumu. Tapi mengingat besok kami harus ujian, mau tidak mau, bisa tidak bisa kami harus pulang juga.
Semoga kau tenang di sana, Ka. Kami tak bisa memberikan apa-apa. Seperti katamu,  orang yang paling bahagia tidak selalu memiliki hal yang terbaik, tapi ia selalu melakukan yang terbaik dalam setiap hal yang hadir dalam setiap hidupnya. Kau telah melakukan yang terbaik selama hidupmu, Ka. Kami hanya bisa memberikan doa untukmu. Semoga kau selalu mendoakan kami juga. Suatu saat nanti, kami pasti akan menyusulmu. Robbana atina fi dunya khazanah wa fil akhiroti khazanah wa kina adzabannar.
Tuhan…
Lapangkanlah kuburnya
Mudahkan jalannya
Dan damaikan jiwanya.
Jangan sekali-kali Engkau mencampakkannya, Tuhan
Kasihanilah dia seperti engkau mengasihi para kekasih-Mu
Sayangilah dia seperti engkau menyayangi para pembela agama-Mu
Kirimkanlah malaikat-malaikat terbaik untuknya, Tuhan
Agar dia tak kesepian di sana
Agar dia selalu tersenyum bahagia
Agar dia tenang di alamnya.
Aamiin, ya robbal alamin….

Selamat jalan Ka,
Kami akan merindukanmu selalu…

Asrama Tercinta, 11 April 2013

           

1 komentar:

  1. hixhix...... au angis... tes;;;tes;;;;tes..... kering sudah air mata kami...

    BalasHapus