.Kematian adalah suatu keniscayaan
Kita hidup sejatinya hanyalah menunggu giliran
Entah hari ini, besok, lusa atau pun kapan
Kematian pasti akan datang!
Maka bersiaplah, sebelum kematian menerkam!
(El Khoiry Nur)
Assalamu’alaikum…
Hai… Ka. Gimana kabarmu di sana? Semoga kau baik-baik saja yah.
Semoga Tuhan memberikan tempat terbaik-Nya untukmu. Dan semoga Tuhan
mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk menemanimu. Aamiin!.
Oh… ya, sampai sekarang, aku, bahkan mungkin keluargamu dan
teman-temanmu masih belum percaya kau sudah tiada. Sungguh! Aku masih belum
percaya kalau kau begitu cepat meninggalkan kami. Rasanya baru kemarin kita
ketemu di depan ruang dosen, saling tanya kabar. Tapi, sekarang? Ah… takdir
Tuhan siapa yang tau?
Kemarin, hari Selasa, aku dan teman-teman yang lain berkunjung ke
rumahmu. Kami berdelapan berangkat dengan sepeda motor. Mau tau siapa saja? Aku
awali dengan seseorang yang paling merasa kehilanganmu, Faizin, Jumadi, Usman,
Ifat, Ahmad, Jakfar, Agus dan aku sendiri. Dengan susah payah kami mencapai
rumahmu, Ka. Meski sebelum itu kami harus berhujan-hujanan, kedinginan, dan nyasar nggak tau ke mana. Ah, mungkin kau
tersenyum melihat perjuangan kami untuk sampai ke rumahmu. Atau jangan-jangan
kau ikut menemani kami? aku yakin, Ka, kau pasti hadir dan menyaksikan
perjalanan kami yang penuh cerita ini.
Tepat beberapa menit sebelum adzan Magrib menggema, kami akhirnya
sampai ke rumahmu juga. Keletihan kami seolah terobati dengan sikap ramah dari
keluargamu, ibumu, kedua kakakmu, semua menyambut kami dengan baik. Kau pasti
melihat bagaimana mata kami ikut berkaca-kaca saat ibumu meneteskan air matanya
saat bercerita tentangmu. Sungguh, saat itu, kami, terutama aku sendiri
merasakan aura kehilangan yang luar biasa. Semuanya seolah berduka atas
kepergianmu, Ka.
Sekitar dua jam berselang sejak kedatangan kami, rombongan para
dosenmu, dosen kita, akhirnya sampai juga ke rumahmu. Sekali lagi, kami
merasakan aura kehilangan yang luar biasa saat Pak Maman mengucapkan berbelasungkawa
atas kepergianmu. Dan disaksikan oleh buku-buku yang tertata rapi di rumahmu,
kami akhirnya pamit undur diri. Sebenarnya kami masih betah di rumahmu, Ka,
apalagi kami belum melihat rumah barumu. Tapi mengingat besok kami harus ujian,
mau tidak mau, bisa tidak bisa kami harus pulang juga.
Semoga kau tenang di sana, Ka. Kami tak bisa memberikan apa-apa.
Seperti katamu, orang yang paling
bahagia tidak selalu memiliki hal yang terbaik, tapi ia selalu melakukan yang
terbaik dalam setiap hal yang hadir dalam setiap hidupnya. Kau telah
melakukan yang terbaik selama hidupmu, Ka. Kami hanya bisa memberikan doa
untukmu. Semoga kau selalu mendoakan kami juga. Suatu saat nanti, kami pasti
akan menyusulmu. Robbana atina fi dunya khazanah wa fil akhiroti khazanah wa
kina adzabannar.
Tuhan…
Lapangkanlah kuburnya
Mudahkan jalannya
Dan damaikan jiwanya.
Jangan sekali-kali Engkau
mencampakkannya, Tuhan
Kasihanilah dia seperti engkau
mengasihi para kekasih-Mu
Sayangilah dia seperti engkau menyayangi
para pembela agama-Mu
Kirimkanlah malaikat-malaikat
terbaik untuknya, Tuhan
Agar dia tak kesepian di sana
Agar dia selalu tersenyum bahagia
Agar dia tenang di alamnya.
Aamiin, ya robbal alamin….
Selamat jalan Ka,
Kami akan merindukanmu selalu…
Asrama Tercinta, 11 April 2013
hixhix...... au angis... tes;;;tes;;;;tes..... kering sudah air mata kami...
BalasHapusPosting Komentar