"Teruslah mempelajari masa lalu. Jangan pernah berhenti. Kita butuh
pengetahuan masa lalu untuk menapaki masa depan!"
(El Khoiry Nur)
Ah, lama tak jumpa ya. he. Maaf, sekali kawan-kawan, aku masih lumayan kedodoran membagi waktu. ada yang mau minjemin aku kalkulator? biar aku mudah membagi waktuku. *plaaaaak. udah lupakan. Oh, ya, kali ini aku ingin mosting tulisan tentang Historiografi Yunani di zaman klasik. Sebagai anak sejarah, aku ingin berkontribusi aktif ikut memberikan informasi tentang sejarah. Ah, keinginanku terkadang selalu berbenturan dengan kenyatan dan keadaan yang tak mendukung. Aih, malah mulai curcol. Kalau sudah begini nanti, akan terjadi konspirasi kemamkuran yang tidak dikehendaki. *korban vicky. Sudahlah, daripada ngomong ngalur ngidul nggak jelas, monggo disimak, sedikit ulasan tentang Historiografi atau penulisan sejarah di zaman Yunani Klasik
1. Historiografi
Yunani Klasik
Historiografi atau penulisan sejarah sudah berkembang di Eropa sejak
berabad-abad lamanya sebelum Masehi, tepatnya di zaman Yunani klasik dan Romawi
kuno. Munculnya
historiografi di kedua tempat tersebut tidak terlepas dari kemajuan peradaban
yang telah dicapai oleh kedua tempat tersebut. Selain itu, budaya menulis yang
tinggi di kalangan masyarakatnya juga menjadi faktor munculnya historiografi di
kedua tempat tersebut.
Historiografi
di zaman Yunani Klasik ditemukan dalam dua karya sastrawan masyhur Yunani,
Homerus (800 SM–701 SM). Dua karya tersebut adalah illiad dan odessy. Dua karya
Homerus tersebut berbentuk epos atau syair-syair panjang yang menceritakan
tentang riwayat perjuangan seorang pahlawan atau bisa disebut juga dengan
wiracarita. Illiad, mengisahkan tentang peperangan antara orang-orang Yunani
Kuno dengan orang-orang Troya. Perang itu dipicu oleh Paris, Putera Raja Troya,
yang membawa kabur Helen, Istri Raja Sparta. Sedangkan Odessy
menceritakan tentang pengembaraan Odeysseus setelah kerajaan Troya jatuh.
Dikisahkan juga bahwa ia kembali ke Yunani untuk membalas dendam terhadap para
bangsawan yang merebut tahtanya.
Historiografi
atau penulisan sejarah di era Yunani klasik masih berputar-putar dalam ranah
mitos-mitos dan legenda-legenda yang berkembang di masa itu. Dengan ditandai
masih munculnya peran dewa-dewa di dalam kehidupan manusia. Unsur objektivitas
dalam sebuah peristiwa sejarah belum sepenuhnya menjadi prioritas utama. Dan
orientasi magicnya lebih dominan dibandingkan dengan orientasi logika yang
realistis. Ruang lingkup penulisan sejarah di masa ini juga masih tergolong
sempit. Hanya terbatas pada sejarah politik saja.
Dalam
mengisahkan sejarah masa lampau, para sejarawan Yunani cenderung hanya
berdasarkan cerita atau kisah yang disampaikan turun temurun lewat lisan.
Selain itu, mereka juga bersandar pada kisah-kisah yang telah ditulis oleh para
pendahulu-pendahulunya yang tentunya juga berasal dari para penulis yang
terdahulu. Penulisan sejarah pun, di masa ini masih sangat sederhana, karena
belum memiliki kerangka dalam penulisannya. Para sejarawan di masa ini juga
belum mendeskripsikan suatu peristiwa dengan detail dan belum disertai dengan
analisis terhadap peristiwa tersebut. Dengan kata lain, belum adanya sikap
kritis. Selain itu, penulisannya masih berbentuk syair-syair dan puisi-puisi.
Penulisan sejarah berbentuk prosa baru muncul di abad 6 SM. Sejarawan yang
pertama kali memunculkannya adalah Herodotus yang di kemudian hari dikenal
sebagai bapak sejarah.
2. Biografi
Herodotus
Herodotus
atau terkenal dengan sebutan bapak sejarah adalah seorang sejarawan Yunani yang
lahir tahun 484 SM di Halicarnassus, barat daya Asia Kecil. Ia merupakan anak
seorang aristokratik. Saat itu, Halicarnassus diperintah oleh Ratu Artemesia
yang merupakan pengikut Raja Xerxes Persia. Tidak banyak yang tahu tentang masa
kecil Herodotus. Riwayat hidupnya baru diketahui setelah ia beranjak dewasa,
yakni sejak melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk mendapatkan data-data
yang valid tentang peristiwa-peristiwa masa lalu.
Herodotus
dikenal sebagai pelopor perubahan bentuk penulisan sejarah yang awalnya
berbentuk syair-syair menjadi sebuah prosa. Ia adalah orang Yunani pertama yang
menyusun cerita sejarah dengan tujuan memberikan penjelasan hubungan antara
fakta.[1] Selain itu, ia juga berusaha
menghilangkan kesan mitos dalam penulisan sejarah. Ia rela melakukan perjalanan
jauh melintasi berbagai negara hanya untuk mendapatkan data-data sejarah yang
mendekati kebenaran. Ia berhasil melakukan wawancara dengan banyak orang dan
juga berhasil mendatangi monumen-monumen bersejarah. Dalam menulis sejarah, ia
menggunakan sumber sejarah lisan, testimoni, prasasti-prasasti. Ia juga jarang
merujuk kepada para dewa-dewa dan mitos serta legenda-legenda lainnya.
Herodotus
memulai perjalanannya setelah lari dari penguasa baru Halicarnassus.
Diceritakan bahwa pasca Ratu Artemesia meninggal, Halicarnassus diperintah oleh
cucunya yang bernama Lygdamis. Lygdamis tidak disenangi oleh rakyatnya karena
memerintah dengan sewenang-wenang. Hal itulah yang kemudian menyebabkan
Herodotus ingin menggulingkan pemerintahan Lygdamis yang pada akhirnya
mengalami kegagalan. Kegagalan inilah yang memaksa Herodotus lari dari tanah
kelahirannya dan mencari perlindungan di kota Samos.
Di Samos,
Herodotus tinggal selama delapan tahun sambil mempelajari dialek ionic
yang di kemudian hari digunakannya untuk menuliskan sejarah. Setelah Lygdamis
digulingkan, ia kembali ke Halicarnassus. Tetapi, penguasa baru tetap tidak
menerima kehadirannya. Hal tersebut membuatnya harus angkat kaki dari tanah
kelahirannya untuk kedua kalinya. Ia lalu menuju kota Athena yang sedang
mencapai puncak peradaban. Selain Athena, tempat-tempat yang pernah
dikunjunginya di antaranya adalah Mesir, Babilonia, Susa, Ecbatana, Krimea,
Georgia, Tirus, Suriah, Thrace, Kirene, Libya dan seluruh Yunani.
3. Karya
Herodotus
Karya besar
Herodotus adalah Historia yang terdiri atas sembilan jilid yang di dalamnya
mengisahkan tentang peperangan besar antara bangsa Yunani dan bangsa Persia
sekitar tahun 479 SM. Sebenarnya, saat perang tersebut berakhir, ia baru
berusia lima tahun. Dengan melakukan teknik wawancara kepada para saksi mata
dari kedua belah pihak, ia kemudian menyusun kembali rangkaian terjadinya
peristiwa tersebut.[2] Oleh para sejarawan barat,
karya tersebut disebut dengan Persian War atau perang Persia. Dalam kalimat
pertama karya tersebut, ia menuliskan tema dan rencana dari karyanya, yakni
sebagai berikut
”Agar segala tindakan yang dilakukan manusia tidak terlupakan oleh waktu
yang terus berjalan, dan perbuatan-perbuatan penting dan menakjupkan yang
dilakukan oleh orang-orang Yunani di satu pihak, dan oleh
orang-orang bar-bar di pihak lain tidak tersembunyikan/terlupakan, disamping
itu untuk menjelaskan mengapa mereka saling bertempur.”
Kalimat di
awal karya Herodotus tersebut ditujukan kepada peristiwa yang terjadi sekitar abad 6 SM. Peristiwa
yang dimaksud adalah konflik/ perang antara Raja Lydia, Croesus di Yunani dengan
Raja Persia, Cyrus Agung. Perang tersebut digambarkan sebagai perang antara Timur (Persia) dengan Barat yaitu
Yunani (Eropa). Dalam
jilid yang pertama, garis besar dari karya tersebut berisi uraian mengenai
perang Persia melawan Yuani yang berakhir degan kematian Raja Persia, Cyrus
Agug tahun 529 SM. Kemudian dilanjutkan dengan jilid kedua yang mengisahkan
naik tahtanya Cambyses, anak Raja Cyrus Agung yang melakukan ekspedisi perang
melawan Mesir.
Jilid ketiga berisi tentang sejarah dan kebudayaan Mesir. Kemudian jilid
keempat mengisahkan tentang ekspansi Persia di bawah pemerintahan Cambyses dan
penggantinya Darius Agung ke Skytika (Scythen). Sedangkan
jilid kelimanya berisi tentang uraian munculnya polis Peris di Balkan, yang
diteruskan dengan sejarah Sparta dan Athena. Di 4 jilid terakhir dari karya ini, Herodotus baru
menggambarkan peperangan sesungguhnya antara Persia dan Yunani. Dimulai dari
ekspedisi besar Persia melawan Yunani di bawah pemerintahan Darius dan Xerxes
dan berakhir dengan kemenangan-kemenangan Yunani di Plataeae dan Mycale tahun
479 SM.
Herodotus, telah menelurkan sebuah karya besar yang membuatnya didaulat menjadi
Bapak Sejarah. Hal tersebut tidak terlepas dari sepak terjangnya dalam upaya
menuliskan karya tersebut. Dibandingkan karya-karya para pendahulunya, yang
biasanya berbentuk mitos, epos, atau dongeng-dongeng, maka yang dilakukannya
dalam menuliskan sebuah peristiwa bisa dianggap sebagai awal atau perintisan
penulisan sejarah ilmiah. Hal tersebut bisa diketahui melalui cara atau teknik
yang ia gunakan dalam menulis karya-karyanya. Ia menggunakan teknik wawancara
atau interview dengan orang-orang yang mengalami atau terlibat dengan perang
Persia. Hasil wawancara tersebutlah yang kemudian dijadikan sumber atau bahan
dalam menulis karyanya. Itulah ciri utama karyanya yang telah menerapkan metode
pengumpulan data melalui wawancara.
Selain itu, karya Herodotus juga memiliki ciri yang komprehensif atau sejarah
kebudayaan. Sebab dalam karya tersebut, ia juga menguraikan mengenai kehidupan
masyarakat Yunani, Mesir, Persia dan lain-lain seperti dalam bidang
perdagangan, pertukangan, pertanian, tradisi adat istiadat dan lain sebagainya. Karyanya mengenai Perang Parsi juga dianggap sebagai hasil studi Etnografis, karena
di dalamnya juga diuraikan mengenai golongan dari etnis-etnis lain yang tinggal
di sekitar Yunani. Oleh
karena itulah, selain dianggap sebagai bapak sejarah, ia juga disebut sebagai
bapak antropologi (kebudayaan).
4. Kelebihan
dan Kekurangan Historiografi Herodotus
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Menggunakan
sumber dari kedua belah pihak, baik pihak Yunani maupun Persia, yang terlibat
perang.
|
Tidak
akurat dalam melukiskan perang
|
Netralitas/Objektif
|
Tidak bisa
menghindari sebab-musabab supranatural
|
Sejarah
naratif terbaik pertama
|
Masih
terdapat gaya bahasa lisan (oral dictum)
|
Penggabungan
kronologi, etnologi, geografi dan puisi dalam sebuah karya
|
Memasukkan
segala yang diketahui tanpa seleksi (epos dan mitos).
|
Bahan Bacaan
Gazalba Sidi. 1981. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bhratara
Karya Aksara
Wise Bauer ,
Susan. 2011. Sejarah Dunia Kuno Dari Cerita-Cerita Tertua Sampai
Jatuhnya Roma. Jakarta: Gramedia
[1] Sidi
Gazalba, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta, Bhratara Karya
Aksara, 1981), hlm. 51
[2] Susan
Wise Bauer, Sejarah Dunia Kuno Dari Cerita-Cerita Tertua Sampai
Jatuhnya Roma (Jakarta, Gramedia, 2011), hlm. 596
Posting Komentar